Perubahan Iklim Gak Pake Ribet

lisha
4 min readJan 27, 2021

--

Pemandangannya bagus, ya? Ini bumi kita. Apa gak sayang, kalau dalam beberapa tahun ke depan kita sudah gak bisa lagi lihat pemandangan yang sama? ©Microsoft.

Menurut Knowledge Center Perubahan Iklim milik Kementerian LHK, perubahan iklim adalah perubahan signifikan pada iklim, suhu udara dan curah hujan. Hal ini disebabkan oleh naiknya temperatur bumi akibat dari peningkatan konsentrasi gas rumah kaca pada atmosfer bumi.

Masih belum jelas?

Simpelnya, perubahan iklim adalah penyebab dari kerusakan-kerusakan lingkungan di bumi akibat dari pemanasan global.

Apa saja contoh kerusakan lingkungan dan apa itu pemanasan global?

© Australian Marine Conservation Society

Gambar di atas kelihatan, kan? Itu adalah hamparan terumbu karang di Great Barrier Reef, sistem terumbu karang terbesar di dunia. Kalo kalian berpikir “kok karangnya putih? Udah tua, terus mati?” Kalian benar, terumbu karangnya sudah mati, tetapi bukan karena usia. Mereka mati karena pemanasan global.

Ingat kebakaran awal tahun 2020 di Australia yang bikin hampir 3 miliar hewan mati dan membakar lebih dari 3.000 rumah? Ilmuwan bilang pemanasan global punya pengaruh 30% dalam kebakaran tersebut.

Kedua peristiwa di atas mungkin gak terdengar ironis lagi bagi kita karena saking seringnya dengar beritanya. Tetapi, bencana gak cuma terjadi di Australia. Selalu ada bencana di setiap sudut bumi.

Nah, pemanasan global, singkatnya adalah adalah situasi di mana bumi menjadi semakin panas.

Pernah dengar atau baca sesuatu tentang kenaikan air laut gak? Atau pernah lihat penggalangan donasi untuk penampungan beruang kutub? Itu semua terjadi karena pemanasan global.

Memangnya, siapa yang bertanggung jawab atas perubahan iklim?

Manusia.

Ta-da.

Tetapi, bagaimanapun, manusia gak sepenuhnya salah. Bahkan kalau gak ada manusia pun, iklim di bumi akan selalu berubah-ubah seiring waktu dan bencana alam di bumi itu sesuatu yang normal banget. Coba, dinosaurus punah, zaman es yang berevolusi? Itu semua terjadi sebelum ada manusia.

Terus, kenapa manusia disalahin?

Suhu bumi rata-rata sampai saat ini diketahui sudah ngelewatin angka 1°C. Angkanya kelihatan kecil, kan? Tetapi nyatanya dampak yang diberikan gak sekecil itu. Coba lihat grafik di bawah ini.

source: Wikimedia Commons

Kalau belum mengerti cara membaca grafik, gak apa-apa. Tetapi, gak mungkin kan, kalau kalian gak nyadar bahwa sejak akhir abad ke-19 – zaman dimana revolusi industri mulai marak – anomali suhunya mulai naik drastis banget? Dan, memangnya siapa lagi yang memulai industrialisasi kalau bukan manusia? Orangutan?

Apa hubungannya sama revolusi industri?

Revolusi industri itu biang kerok di balik meningkatnya emisi gas CO2 sampai 50%, padahal kurun waktunya cuma 30 tahun. Dibandingkan keseluruhan tahun masehi, 30 tahun itu sebentar banget.

CO2 menyumbang 64% kontribusinya kepada pemanasan global. Gas lainnya pun ada, seperti CFC, HFC, PFC, SF6, bahkan metana menyumbang angka sebesar 17%.

Mereka semua disebut juga gas rumah kaca, gas yang memantulkan panas matahari kembali ke bumi. Gak heran, kan, kalau buminya panas?

Gas rumah kaca asalnya dari mana?

Lalu, bagaimana supaya emisi gas rumah kaca berkurang?

Gampang.

Jangan lakuin hal-hal di atas tadi, justru, lakukan yang sebaliknya. Atau lagi-lagi, 3R; reduce, reuse, recycle.

Artikel ini juga salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan alam. Kok bisa? Bisa, lah. Karena semakin banyak orang yang teredukasi, seharusnya makin banyak yang sadar dan mulai untuk memperbaiki keadaan. Seharusnya.

Terus, hubungannya perubahan iklim sama kita, apa?

Paling ujung-ujungnya kita cuma perlu donasi kalau ada bencana, ya, kan?

Tunggu, coba kita lihat kilas balik 2020:

  • Kebakaran hutan; Australia, California, K’gari, dan hutan Amazon
  • Banjir bandang; Indonesia, Kenya, sebagian besar Afrika Barat dan Tengah, dan Vietnam
  • Kekeringan; Amerika Tengah dan Afrika Timur (karena El Nino, dan panen mereka jadi gagal semua), dan
  • Pecahnya rekor musim badai di Atlantik; tercatat ada 29 badai selama satu tahun.

Daftar bencana tadi bahkan belum mencakup setengah dari bencana yang terjadi pada tahun lalu. Jika ditotal, kerugian yang disebabkan oleh bencana alam klimatik selama 2020 hampir menyentuh angka 3.000 triliun rupiah. Itu banyak banget. Donasi kalian gak akan berarti kalau akar masalahnya gak ditangani.

Sekarang mungkin kita sedang asyik tiduran di kasur empuk di bawah AC yang dingin, atau baru saja makan semur daging enak buatan ibu. Tapi, apa ada yang bisa jamin kalau bumi akan selamanya berbuat baik sama kita? Padahal kita terus-terusan berbuat jahat?

--

--

lisha
lisha

Written by lisha

19. documenting the life i cannot have twice.

No responses yet